jomblo pasti berlalu...
jomblo lagi jomblo lagi. males aku
kalau begini terus. “ada bahasan lain ga ya?” bathinku berteriak, mencari
secercah rongga yang bisa dilalui sebongkah es yang menyejukkan.
erfin menatapku curiga, alisnya bak
dua sapu lidi warna hitam yang dipasang pada wajah ovalnya.
“kenapa lu? biasa aja kali???”
katanya nyerocos.
sontak bibir monyongku mendadak
berhenti tanpa rem.
“tahu ga sih fin, jangan
mentang-mentang cuman kita berempat aja yang jomblo lantas kita yang jadi
bulan-bulanan temen-temen”
“sebel tahu!”
kali ini aku mulai berapi-api.
meluapkan segala kegundahan seorang josh, alias jomblowati shalihah (aamiin).
“halah, chsj”sabrina tiba-tiba
nongol. akhwat satu ini, memang modis banget. jangan dikira ya, akhwat itu
norak, kumuh, dan apa adanya buanget. lihat nih, sabrina. baju selalu matching,
tas samping bermerk, sepatu, jilbab. waaah.... akhwat buanget deh!
aku dan erfin saling pandang,
“apaan rin?” erfin penasaran.
“curahan hati seorang jomblowati”
kami berempat ngakak bareng. imah,
yang sedari tadi diam dengan buku-buku disampingnya ikutan tertawa.
memang ya, “jomblo itu nasib atau
prinsip” kata pak mario teguh. bagi kami berempat, jomblo nasib atau prinsip
itu terserah yang ngomong aja. yang terpenting sampai saat ini, kami berusaha
untuk terus menjaga harkat dan martabat kami. agar nanti mati dalam keadaan
terhormat. karena kami sudah tobat maksiat. jadi tidak takut kualat. lho???
“payah! ane habis dimarahin nyak
ane?”
kali ini imah angkat bicara. akhwat
kalem satu ini, memang paling tua beberapa bulan dari kami.
“kenapa mah?”
“masak ane disuruh cepet-cepet nikah
sama nyak? emang nyak pikir nikah itu gampang apa? kayak beli baju dipasar.
tinggal pilih, bayar, pake deh”
“huuuh”katanya ngeloyor pergi.
kamin bertiga bengong.
##
memang selalu begitu ya? aah kayaknya
bukan cuman imah aja yang mengalami nasib kayak gitu. tragis diomelin nyak
babeh. ditanya keluarga, kapan nikah? pas pulang digrebek sama tetangga “kapan
lu nikah? tu temen-temen lu dah pada nikah, dah pada punya anak”
ampuun... tragis amat! belum lagi itu
undangan numpuk diruang tamu. dari A-Z ada semua. dari temen play grup sampe
temen nemu gedhe alias baru kenal, ada semua. sakitnya tuh disini? (nunjuk
dengkul).
“undangan lagi fin?”
“iya ki” jawabnya sambil melempar
undangan berwarna krem dengan hiasan bunga warna ijo (lho emang ada bunga warna
ijo? ya elah, cuman gambar bro... santai ga usah panik)
tanganku dengan gesit menangkap
undangan itu. beberapa menit kemudian sabrina ikutan nimbrung.
kami saling pandang.
“apa???? teh nisa mau nikah???” seru
kami bareng.
kegaduhan sesaat terjadi memenuhi
ruang kerja kami. “kapan ya giliran aku?” bathinku mulai berontak, menangis dan
merintih.
“santai aja sis, ga usah galau gitu”
tiba-tiba yang diomongin nongol dari
belakang. bajunya anggun, wajahnya cerah. secercah senyum kebahagian terpancar
dari wajah sang calon pengantin.
kusambut dengan peluk tangis. haru!
semua merangkulnya, bak seorang kawan yang sudah lama tak bertemu.
“sabar...”
“kalian nanti pasti juga akan
menemukan yang terbaik buat kalian”
“yang terpenting, kita harus sabar.
dan menanti dengan cara yang baik. menjaga hati, berdoa supaya dipertemukan
dengan cara yang baik”
derai air mata kami semakin menderu,
tangis bahagia, saling peluk, dan aah... berjuta rasanya...
“eh tau ga?” erfin lagi-lagi nyerocos.
kami semua bengong, sesekali tangan
kami mengusap air mata yang belum kering.
“ada istilah baru dari pemerintah
buat kita” wajahnya terlihat sumringah. sesekali senyum licik terpacar
diwajahnya. “pasti ne anak mau iseng!” kataku bersiap menangkap kata-kata yang
keluar dari bibir manisnya.
“apaan emang fin?”sabrina terlihat
kepo
“tuna asmara”
erfin cekikikan berlari meninggalkan
kami. sementara kami bertiga, masih dalam posisi yang sama, merangkul cing
nisa.
“santai aja sis, jomblo pasti
berlalu.. yang penting kita siapin diri kita sejak sekarang, ok”
kata teh nisa kami sambut ketawa,
emang sih, jomblo pasti berlalu. yang
penting sekarang kita siapkan segala sesuatunya. biar tambah JOSH alias
jomblowati shalihah... iya kan????
Komentar
Posting Komentar