Kereta Yang Membawaku Pulang
Jam menunjukan pukul 08.00 aku sudah brsiap dengan ranselku
untuk pulang ke kampung halaman di kota pudak. Saat itu aku masih duduk di
semester 3, masih lugu lugunya dan belum menguasai jalanan kota yogya.
Mengandalkan arahan dari beberapa mbak kostku, aku nekat pulang
naik kereta. Seumur umur, ini kali pertama aku mudik dengan menggunakan kereta.
Biasanya kalau tidak naik sumber kencono ya bus mira.
Dari kost aku berjalan menuju halte trans di depan gedung
mandala wanitatama. Setelah sampai di halte dekat stasiun lempuyangan, aku oper
bus dan turun di dekat stasiun. Sebenarnya jarak stasiun dengan kost tidak
begitu jauh, hanya 15 menit dengan menggunakan sepeda onthel. Tapi karena naik
bus, jaraknya jadi tambah jauh karena jalannya muter.
setelah turun dari bus, aku segera berlari menuju stasiun, mengejar jadwal kereta. Takut ketinggalan. Sampai di stasiun lempuyangan, aku segera masuk mencari loket kereta. Terlihat beberapa orang sudah antre.
Dengan harga 23 ribu, tiket kereta stasiun lempuyangan - gubeng berhasil aku dapatkan.
Tak lama setelah itu kereta yang ditunggu akhirnya datang, kereta logawa kelas ekonomi jurusan yogya-suarabaya. Aku segera masuk kedalam, dan mencoba antre didekat pintu gerbong. Setelah ada instruksi masuk, aku segera melangkah masuk kedalam gerbong. Memilih tempat duduk sesuka hati.
Rasa khawatir, galau, cemas bergelayut dalam dadaku. Ku ambil sebuah mushaf kecil pemberian seorang teman. Kubaca pelan. Seorang ibu yang duduk didepanku melihatku dengan tatapan tak biasa.
"Aaah... Adakah yang salah denganku?" kataku dalam hati.
Aku lalu memberanikan diri untuk menyapanya. Kami lalu terlibat obrolan ringan. Sesekali mataku melihat kearah jendela, menikmati pemandangan sepanjang kereta meluncur, di iringi suara kereta yang cukup memekakan telinga.
Hingga ibu itu turun dan mengucapkan salam kepadaku.
Aku terpaku sendirian, tenggelam lamunan yang tak jelas arahnya. Hingga tak terasa sudah memasuki wilayah jawa timur. Dan aku mulai harap harap cemas, karena takut kebablsan. Beberapa kali aku tanya pada orang orang di dekatku. Beberapa orang menyarankanku untuk turun di stasiun wonokromo dan sepanjang. Tapi akhirnya kuputuskan turun di stasiun wonorokromo dengan pertimbangan supaya lebih mudah mendapatkan angkutan umum.
Sampai stasiun sepanjang jam sudah menunjukkan pukul 17.00. Tadi kereta berangkat jam 09.30. Sementara kereta yang aku naiki adalah kereta kelas ekonomi yang sistemnya tidak sebaik sekarang. Yang di dalamnya masih banyak pedangan asongan. Duduk seenaknya, tidak ada no kursi. Bahkan ada beberapa yang berdiri.
Berjalan kesana kemari dengan uang saku yang ngepas, naik angkot ini, ternyata salah. Akhirnya balik stasiun. Tanya lagi, katanya di suruh naik angkot yang lain. Deuh membingungkan juga. Disinilah logika dan keberanian harus bermain, karena tidak semua yang kita tanya betul betul tahu.
Aku akhirnya berjalan kearah damri yang berhenti di dekat bangjo atau lampu merah. “Salah atau nyasar itu urusan belakangan” gumamku pelan.
Alhamdulillah bis damri membawaku keterminal bungurasih. Sampai sana aku segera berlari menuju pemberhentian bus antar kota. Bus jurusan semarang itu yang kupilih. Karena bus ini melewati jalur pantura, yang lebih dekat dengan rumah.
setelah turun dari bus, aku segera berlari menuju stasiun, mengejar jadwal kereta. Takut ketinggalan. Sampai di stasiun lempuyangan, aku segera masuk mencari loket kereta. Terlihat beberapa orang sudah antre.
Dengan harga 23 ribu, tiket kereta stasiun lempuyangan - gubeng berhasil aku dapatkan.
Tak lama setelah itu kereta yang ditunggu akhirnya datang, kereta logawa kelas ekonomi jurusan yogya-suarabaya. Aku segera masuk kedalam, dan mencoba antre didekat pintu gerbong. Setelah ada instruksi masuk, aku segera melangkah masuk kedalam gerbong. Memilih tempat duduk sesuka hati.
Rasa khawatir, galau, cemas bergelayut dalam dadaku. Ku ambil sebuah mushaf kecil pemberian seorang teman. Kubaca pelan. Seorang ibu yang duduk didepanku melihatku dengan tatapan tak biasa.
"Aaah... Adakah yang salah denganku?" kataku dalam hati.
Aku lalu memberanikan diri untuk menyapanya. Kami lalu terlibat obrolan ringan. Sesekali mataku melihat kearah jendela, menikmati pemandangan sepanjang kereta meluncur, di iringi suara kereta yang cukup memekakan telinga.
Hingga ibu itu turun dan mengucapkan salam kepadaku.
Aku terpaku sendirian, tenggelam lamunan yang tak jelas arahnya. Hingga tak terasa sudah memasuki wilayah jawa timur. Dan aku mulai harap harap cemas, karena takut kebablsan. Beberapa kali aku tanya pada orang orang di dekatku. Beberapa orang menyarankanku untuk turun di stasiun wonokromo dan sepanjang. Tapi akhirnya kuputuskan turun di stasiun wonorokromo dengan pertimbangan supaya lebih mudah mendapatkan angkutan umum.
Sampai stasiun sepanjang jam sudah menunjukkan pukul 17.00. Tadi kereta berangkat jam 09.30. Sementara kereta yang aku naiki adalah kereta kelas ekonomi yang sistemnya tidak sebaik sekarang. Yang di dalamnya masih banyak pedangan asongan. Duduk seenaknya, tidak ada no kursi. Bahkan ada beberapa yang berdiri.
Berjalan kesana kemari dengan uang saku yang ngepas, naik angkot ini, ternyata salah. Akhirnya balik stasiun. Tanya lagi, katanya di suruh naik angkot yang lain. Deuh membingungkan juga. Disinilah logika dan keberanian harus bermain, karena tidak semua yang kita tanya betul betul tahu.
Aku akhirnya berjalan kearah damri yang berhenti di dekat bangjo atau lampu merah. “Salah atau nyasar itu urusan belakangan” gumamku pelan.
Alhamdulillah bis damri membawaku keterminal bungurasih. Sampai sana aku segera berlari menuju pemberhentian bus antar kota. Bus jurusan semarang itu yang kupilih. Karena bus ini melewati jalur pantura, yang lebih dekat dengan rumah.
#catatan pengalaman pertama naik kereta
#jogja #surabaya #penghujungtahun2009
#jogja #surabaya #penghujungtahun2009
Komentar
Posting Komentar