Pulanglah Jika itu Membuat Orang Tuamu Bahagia
Indahnya sawah di tepi sungai
Bersenda gurau di tepian pematang
Kicauan burung ikut meramaikannya
Suasana indah diwaktu petang
Ayah bunda kita menunggu
Menanti kita pulang kerumah
Kita datang dengan segudang ilmu pulangDiharapkan dengan menjadi orang berguna
(nasyid ‘nida – gontor – rindu pulang)
“mbak” tiba tiba sebuah whatsapp masuk. Kulihat pengirim whatsapp, no nya belum tersimpan. Tapi dari bahasanya sepertinya kenal. Ealah... Si adek ternyata
“apa” balasku
“aku kirimin uang ya. Aku ga dapat jatah makan sore ini. Teman teman pada pulang semua” balasnya lagi
“kenapa ga pulang?”
“males mbak”
Deuh nih anak. Kok ada ya? Semuanya pada pengen pulang kerumah, sementara dia malah ga mau pulang.
“masyaallah, penuhi hak orang tua selagi masih bisa” balasku kesal.
Tak ada balasan lagi...
Aku jadi ingat, seminggu sebelumnya ibu sudah menanyakan “adek pulang ga mbak?”. begitu sampai beberapa hari menjelang hari jumat, ibu selalu tanya apakah adek pulang apa tidak.
“tumben bu, kulkasnya penuh. Ini juga ada daging yang direbus” tanyaku saat melihat kulkas yang di penuhi beberapa buah buahan.
“iya mbak, sepertinya ini jatahnya adek pulang. Besok ibu mau masak soto”
Masyaallah.. terlihat sekali binar wajah ibu saat mengatakan itu. Ibu terlihat bahagia sekali saat tahu ini jatah adek pulang, meski pekan kemaren baru saja liburan panjang di rumah. Tapi begitulah ibu, beliau selalu bahagia menanti kehadiran anak anaknya di rumah.
Biasanya isi kulkas akan penuh. Ibu akan memasak beraneka masakan kesukaan kami. Ibu sangat bahagia saat melihat kami berkumpul. Bertengkar, bikin rumah rame dengan ulah kami. Satunya sibuk bahas apa satunya lagi sewot. Dan begitulah.
Kadang mungkin kita tidak akan memikirkan hal ini. Kesibukan di luar rumah, membuat kita berkutat dengan aktifitas kita sehingga kita lupa bahwa ada seorang yang senantiasa menanti kehadiran kita di rumah. Seorang yang selalu mengalunkan doa doanya untuk kita.
Dulu, saya tidak pernah memikirkan hal ini. Cuek saja mau pulang apa tidak. Karena memang sudah bertahun tahun tinggal di luar rumah. Bahkan saya begitu menikmati kehidupan luar rumah tanpa ada aturan ini itu dari ayah atau ibu. Mau pulang jam berapapun ok. Mau kemanapun ok.
Dan saya baru menyadari saat saya kembali kerumah. Ternyata orang tua yang selama ini terlihat cuek (dimata saya ) karena sudah terbiasa saya tinggal begitu bahagia saat saya tinggal di rumah. Kemanapun saya pergi, ayah ibu selalu pesan ini itu. Dengan semua aturan sebagai bentuk perhatian mereka pada saya.
Dari sini saya mulai membiasakan untuk family time. Minimal satu minggu sekali untuk full dirumah, menikmati aktifitas bersama ayah ibu. Walau sekedar ngepel, kora kora (cuci piring), ataupun membantu kegiatan rumah lainnya. Terkadang jika ada aktifitas keluar, saya batasi cuman sampai setengah hari.
Setiap pagi, saya selalu menyempatkan menemani ibu memasak di dapur. Jika saya tidak buru buru, biasanya akan membantu entah cuci piring atau sekedar menyapu rumah. Jika saya buru buru, bisanya hanya duduk sebentar melihat ibu memasak sambil ngobrol sedikit lantas bersiap siap.
Terkadang di tengah lelahnya, setelah seharian di tempat kerja, saya sempatkan untuk menawari mereka idek idek (pijat menggunakan kaki). Sambil bercerita, ataupun mendengarkan cerita mereka. Karena walau bagaimanapun, mereka juga butuh perhatian dari kita. Apalagi jika mereka sudah berumur. Mereka akan kembali seperti anak kecil yang selalu minta di perhatikan.
Oleh karenanya, jika saat ini kita masih bisa tinggal bersama mereka kita gunakan kesempatan itu. Jika kita tidak satu rumah dan jarak tempat tinggal kita dekat dengan mereka, maka mari kita luangkan waktu untuk mereka. Kita jenguk mereka. Atau jika memang jarak rumah sangat jauh, paling tidak kita luangkan waktu untuk menanyakan kabar mereka.
Karena bagi mereka kesuksesan dan harta kita bukanlah hal utama yang mereka harapkan dari kita. Akan tetapi kasih sayang dan perhatian kitalah yang mereka selalu mereka nantikan. .
Komentar
Posting Komentar