Menulis Sampai Mati atau Hilang ditelan Bumi
Aku bejalan menuju Perpustakaan. Kubuka pintun pelan Perpustakaan dengan bangunan kayu, di bawah barongan di ujung selatan bangunan pondok. Sesaat bangunan ini nampak bukan seperti sebuah Perpustakaan. Akan tetapi lebih pantas disebut sebagai “gudang buku”. Di dalamnya terdapat beberapa rak buku, dengan buku-buku yang hampir tidak terawat. Di ujung utara ada sebuah ruangan kecil tempat tinggal teman-teman petugas Perpustakaan. Di ujung timur, di pojokan itu aku lantas mengambil posisi untuk membaca. Tak ada yang menarik bukunya. Di antara deretan buku itu hampir semua buku cerita favorit dipinjam oleh teman-teman. Hanya tersisa buku-buku lama dan deretan buku pelajaran yang sebagian berserakan di lantai. Tangan usilku mulai beraksi mengacak-acaknya. Satu demi satu buku kuangkat mencari entahlah aku ga tahu buku apa yang mau kucari. “inspiring word for writers ” kubaca pelan judul buku itu. Sebuah buku kecil, dengan desain sampul warna biru dan gambar wajah ustadz Fauzil...