Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2015

Menjadi Pendekar Pena, Siapa Takut?

Gambar
Be a briliant writer , satu-satunya buku karya mbak Afifah Afrah Amatulllah yang saya punya sampai saat ini. Meskipun saya mengenal beliau sudah lama.   Saat itu saya masih gandrung dengan Annida yang disana sering nongol cerpen karya mbak Afifah. Ada satu yang membuat saya tertarik dengan buku be a briliant writer , selain judul yang boleh dibilang “keren” karena menggunakan bahasa Inggris, pada cover buku ini juga ada kalimat yang bunyinya “kiat sukses menjadi pendekar pena!” Judul yang menarik dan membuat saya bertanya-tanya“kira-kira apa ya yang bakal diulas dalam buku ini?”. Tapi eits! saya merogoh saku saya, saya perhatikan dalam-dalam berpikir keras apakah saya akan membelinya ataukah cukup dengan membaca sinopsis dihalaman buku ini. Tapi rupanya magnet buku ini cukup kuat sehingga meskipun pada saat pertama kali saya melihatnya, tidak langsung membelinya. Namun buku ini cukup membuat saya kepikiran dan ga bisa tidur lantaran takut kalau pas saya kembali ke Mid...

Akhii......

Gambar
Kakiku melangkah cepat menuju Aula. Segera kuhampiri Feni yang sedari tadi membaca koran. Kulihat wajahnya nampak serius membaca baris demi baris halaman koran yang bertajukkan serangan Israel terhadap Palestina. “serius amat anti Fen?” sapaku sesampai di Aula. “sssst! Jangan keras-keras ntar ketahuan mudabbirot (pembina santri-red)” “emang anti ngapaian sih manggil ana kesini? Tumben aja anti rajin baca Koran, apalagi temanya bertajuk Palestina lagi” ledekku pada anak tomboy yang satu ini. “eh itu tu, lihat akhi Husein lagi nge ‘ iqob santri ikhwan . Keren yaa” kata Feni sambil setengah menunjuk kearah seorang ikhwan berkaos oblong merah dan baju hem putih yang dibiarkan terbuka. Sehingga Nampak jelas kaos oblongnya. “Hmm… cakep juga sih” pikirku. “maksud anti ?” aku mengernyitkan dahiku. “yaa ana mau nunjukin akhi Husein sama anti . Dia itu tentangganya Humairoh. Anak Pekalongan, keren eiuy” kata Feni lagi, kali ini dia semakin semangat. “Haddeuew! Dasar ...

jomblo pasti berlalu...

Gambar
jomblo lagi jomblo lagi. males aku kalau begini terus. “ada bahasan lain ga ya?” bathinku berteriak, mencari secercah rongga yang bisa dilalui sebongkah es yang menyejukkan. erfin menatapku curiga, alisnya bak dua sapu lidi warna hitam yang dipasang pada wajah ovalnya. “kenapa lu? biasa aja kali???” katanya nyerocos. sontak bibir monyongku mendadak berhenti tanpa rem. “tahu ga sih fin, jangan mentang-mentang cuman kita berempat aja yang jomblo lantas kita yang jadi bulan-bulanan temen-temen” “sebel tahu!” kali ini aku mulai berapi-api. meluapkan segala kegundahan seorang josh, alias jomblowati shalihah (aamiin). “halah, chsj”sabrina tiba-tiba nongol. akhwat satu ini, memang modis banget. jangan dikira ya, akhwat itu norak, kumuh, dan apa adanya buanget. lihat nih, sabrina. baju selalu matching, tas samping bermerk, sepatu, jilbab. waaah.... akhwat buanget deh! aku dan erfin saling pandang, “apaan rin?” erfin penasaran. “curahan hati seorang jomblowati” k...