Aku, Kamu dan FLP : Dialog Hati di Sudut Terminal
Malam semakin beranjak. Jam hampir menunjukkan pukul 22.00. Aku mengekor di belakang Chairi terus berjalan menuju arah pintu keluar terminal. Kami menunggu di pintu belakang, di mana bus lalu lalang siap mengantar para penumpang ketempat tujuan di luar kota. Hawa dingin semakin menusuk. Jaket FLP yang kukenakan tak mampu menahan hembusan angin yang menerpa. Kami duduk di warung persis di simpang pintu masuk. Aku mencoba memesan sebuah minuman instan jahe hangat untuk sekedar membasahi tenggorokanku yang mulai mengering. “Jam segini Tapi aku masih kelayapan di terminal” kataku dalam hati. “kalau di rumah, bisa jadi aku sudah tenggelam bersama mimpi, melepas lelah yang masih hinggap selepas kemah ukhuwah kemaren” “tapi...” Kuseruput minuman pesananku yang sengaja aku tuangkan di lepek, berharap uap panasnya segera hilang... “aku tak mau kehilangan setiap moment kebersarmaan bersama teman teman. Lagian ini adalah salah satu moment penting dalam sejarah FLP Jawa...